Efisiensi Anggaran atau Efesiensi Masalah?
Indonesiaraja.com -- Program makan siang gratis yang direncanakan Presiden Prabowo Subianto merupakan salah satu program unggulan pemerintah saat ini. Diluncurkan di 26 provinsi, program ini telah menjangkau sekitar 3 juta penerima manfaat dan ditargetkan menjangkau hingga 17 juta anak pada akhir tahun 2025. Tujuannya cukup mulia: meningkatkan kecerdasan (IQ), minat belajar anak-anak Indonesia, dan membantu mencegah stunting.
Namun, efektivitas dan dampak nyata program ini masih menjadi pertanyaan. Di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, misalnya, hingga saat ini belum terlihat adanya implementasi nyata dari program makan siang gratis. Meski demikian, pemerintah daerah sudah mulai melakukan pemotongan anggaran untuk mendukung program tersebut. Salah satu yang terkena dampaknya adalah program pencegahan stunting “Isi Piringku” yang sudah berjalan sejak 2021.
Sebelumnya, setiap desa menerima dana Rp900.000 per bulan untuk mendukung program “Isi Piringku”, yang menargetkan balita dan ibu hamil. Namun, karena adanya pengalihan anggaran ke program makan siang gratis, dana tersebut kini hanya tersisa Rp250.000 per bulan, di beberapa desa.
Tentu saja, pemotongan ini berisiko menurunkan efektivitas program yang sudah terbukti membantu menurunkan angka stunting secara langsung pada kelompok usia rawan seperti balita dan ibu hamil.
Penting dipahami bahwa meskipun program makan siang gratis bertujuan mencegah stunting, sasarannya adalah anak usia sekolah. Padahal, stunting merupakan masalah yang paling krusial ditangani sejak masa kehamilan hingga usia balita, periode yang dikenal sebagai "1000 Hari Pertama Kehidupan."
Program “Isi Piringku” telah memberikan pendampingan langsung melalui posyandu, sosialisasi rutin, dan pemberian makanan bergizi dengan dukungan tenaga kesehatan seperti bidan dan kader desa. Ini merupakan pendekatan yang lebih menyeluruh dan preventif.
Jika anggaran program yang telah terbukti efektif justru dipotong demi membiayai program baru yang belum berjalan optimal, maka kita patut mempertanyakan sejauh mana efisiensi ini benar-benar efektif. Apakah pengalihan anggaran ini akan menghasilkan dampak jangka panjang yang setara atau bahkan lebih baik?
Pemerintah seharusnya tidak hanya fokus pada perluasan program makan gratis, tetapi juga mempertahankan dan memperkuat program-program yang telah terbukti berdampak signifikan terhadap pencegahan stunting.
Kombinasi antara program “Isi Piringku” untuk balita dan ibu hamil serta program makan siang untuk anak sekolah akan lebih ideal dan menyeluruh. Selain itu, pemetaan daerah dan evaluasi berbasis data perlu dilakukan agar pengalihan anggaran dilakukan secara bijak dan tidak merugikan masyarakat.
Program makan siang gratis adalah langkah yang baik, tetapi tidak seharusnya mengorbankan program pencegahan stunting yang telah berjalan dan menunjukkan hasil nyata. Efisiensi anggaran tidak boleh berarti mengorbankan efektivitas program yang telah menyentuh akar permasalahan. Pemerintah perlu meninjau ulang kebijakan ini agar tidak menimbulkan masalah baru dalam upaya menurunkan angka stunting di Indonesia.
Penulis : Febi Sanora
Editor: Sherly Mevitasari
- 250057 views